Selasa, 10 November 2015
Pertolongan yang Besar
Saat senja menyemburatkan selendang ayunya, di sinilah aku
Menapak menjejal memutar waktu
Tapak usia ini berada pada sepertiga tangga sudah
Namun, kemana saja aku?
Pekikku menyayat lamunan tak menentu
Betapa aku tak beranjak pergi
Mengulum cinta dan kemegahan surga di peraduan ini
Ya, kebanggaan itu tampaknya bersemayam dalam
Menghalangi kata kepergian
Betapa tidak?
Duh alam raya, tak kah kau iri pada tanah ini?
Tempat aku menapaki kaki
Segala asa kan menjadi pasti
Saat tubuhmu hanyut mengikuti semilir frasenya
Merapatlah, dekaplah sekelilingku
Tarik penglihatan terbaikmu
Di sana,
Undukan tanah yang menjulang itu memiliki nafas
Mengalirkan hembusan cinta tak terbayar
Balok-balok batu yang membisu menjadi saksi akan rajutan rasa itu
Benang kusut yang dulu mengoyak makna bahagia,
Kini, menampakkan tatanan rapinya
Martil dan palu itu kini telah setia menemani
Membuat hati bersemangat menghabisi
Pelan namun pasti bongkahan keras itu menjadi milik diri
Itulah anugerah termanis dari para peminjam nafas
Para seniman itupun teraliri energi syukur
Memandang dan berpikir cemerlang
Ayunan hati lembutnya mampu memukul dengan kerasnya
Mengukir dengan sabarnya
Dan mengakhiri dengan cantiknya
Karya itu begitu penuh retorika
Namun, berseterunya ia dalam kepergian bukan sebuah petaka
Hati itu telah terlampau melangit dalam memberi makna
Pada sisi berbeda,
Birunya gelombang menjadi kamar berpetualang
Menghidangkan pesona surga bertabur berlian
Lumpuh hati dibuatnya
Tertegun, terdiam, bak punuk merindukan bulan
Di atas bentukan kayu yang melayang mereka tegap menantang
Dengan senyum terkembang
Para pecinta itu mulai beradu kemenangan
Senjata di tangan segera mereka hamparkan
Gemulai nian tarian jemari itu
Membuat target sasaran menaruh harapan
Menggulingkan tubuhnya di atas jaring perjuangan
Oh…
Sang pecintapun tertawa penuh kepuasan
Nampaknya ratu keadilan menebar kebaikan
Sang terbidik kini terkulai dalam kedustaan
Saat mata berkelana mengikuti arus gelombang
Terdengar pekik tawa
Membawa raga ikut merasa kesegarannya
Betapa tidak,
Berlabuhnya gelombang ke tepian
Menyisakan hempasan tajam berkepanjangan
Diikuti luncuran makhluk tak bertuan
Sang tubuh penuh kelembutan memikul rumahnya
Berkecimpung pada lubang yang tergenang
Terseok menghindari tangan para pemburu
Tawa itu makin lantang menyergap telinga
Saat kaki kecil itu mendapat amukan gelombang penghabisan
Terasa geli katanya
Namun, saat langkah mendekati binatang berlendir transparan,
Teriaklah yang terlontar
Melejit dan berlarian sambil bergidik menganggap gatal
Dari tangan mungil itu terkembang senyum ayah bunda
Tangan yang memanggul menawarkan air pelepas dahaga
Camilan untuk mulut yang tergiur mengenyam
Begitulah cara mereka,
Meneriakkan kalimat kebebasan penuh kepuasan
Saat sang malaikat dunia menghadirkan larangan
Hati mereka memberontak
Tak banyak yang mereka pinta
Sejumput recehan untuk ayah bunda menjadi cermin terbaik bagi rupa
Bara semangat para kapten belia itu begitu menyengat
Mematahkan ribuan benteng penderitaan
Tunduk tawaduk di dalam kesederhanaan
Saat mentari mulai lelah menyinari, kaki-kaki itu kabur berhamburan
Mengejar cinta dari-Nya di surau kecil penuh kemuliaan
Mengeja bahasa surga
Menata aksara tata krama
Mengenal Sang Maha Arsitek Dunia
Bagi mereka ketaatan beragama menjadi puncak kesuksesan
Karenanya keleluasaan hati bak samudra kan tercipta
Semakin belia diri mengenal-Nya
Kearifan akan semesta makin menyala
Mendidik sekitar akan makna kebersahajaan di tengah krisis kepercayaan
Oh, semesta…
Betapa tepat tauladan itu
Tuhanku, muliakan hidup generasi terbaik bangsa ini
Yang menjunjung tinggi arti berketuhanan
Yang membidik nilai kepedulian
Yang taat akan moral dan kelurusan niat dalam berbuat
Berpindah kepada arti kata “cinta tanah air”
Telah ku temui banyak tanda di tempat ku berdiri
Bukankah “peduli” bermakna mengenal cerita lama?
Napak tilas negeri ini
Kan begitu mudah kau jumpai di sudut Jawa Timur ini
Wahai, para sejarahwan sudah kau tengokkan mereka?
Puluhan arca bertengger kokoh menanti kau pelajari
Deretan puing-puing kebanggaan nenek moyang menunggui si pemerhati
Mereka meringkuk dalam sepi
Hanya para penikmat aksi spiritual yang sesekali menghampiri
Relakah tiada kata ilmiah?
Beranjaklah kemari
Sekiranya, kau tahu mereka ada untuk dimengerti
Semakin jauh kaki berayun
Kudapati kota ini memendam bukti
Wasiat titipan dunia itu tersimpan rapi dalam peti
“Wajak Kensis” kata yang kerap bergulir dalam kitab-kitab sejarah
Darinya menyeruak pemaknaan megah
Jejak sang purba bertengger dipenantian
Menggemparkan jagad kesejarahan
Cinta ini telah erat menahanku
Ya, di sinilah aku
Tulungagung, kabupaten kecil berakronim luhur,
Darinya teralir makna “Pertolongan yang Besar”
Tertuang deras dari limpahan cinta-Nya yang tak terbayar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Slingo Slingo Slingo Slingo | Shootercasino 카지노 카지노 betway betway クイーンカジノ クイーンカジノ 메리트카지노 메리트카지노 leovegas leovegas dafabet dafabet 메리트 카지노 고객센터 메리트 카지노 고객센터 sbobet ทางเข้า sbobet ทางเข้า happyluke happyluke 396 Today And Tonight's Top 5 Online Casinos: Review and Exclusive Bonuses
BalasHapus