Selasa, 01 Januari 2013

Saya Harus Mengislamkan Aqidah Saya

0leh: Ambarwati Menjadi muslim tak cukup hanya mengandalkan factor keturunan, identitas, atau penampilan luar, namun butuh komitmen dan berinterkasi dengan Islam dalam segenap aspek. Syarat pertama untuk jadi muslim yang baik adalah memiliki aqidah yang benar dan lurus. Untuk itu ada beberapa tuntutan yang harus dilaksanakan: 1. Beriman bahwa pencipta alam raya ini adalah Allah SWT. Buktinya alam ini begitu teratur, teliti dan rapi. Satu sama lain salain berkaitan dengan sangat sempurnanya. Oleh karena itu sangat mustahil bila semua ini berjalan tanpa ada kuasa dan aturan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. 2. Beriman bahwa Allah tidak menciptakan alam raya ini secara main-main dan tanpa tujuan. Dunia ini diciptakan sebagai tempat ujian agar Allah dapat melihat mana orang-orang yang benar-benar beriman dan tidak. “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia” (Al-Mukminun: 115-116) 3. Beriman bahwa Allah telah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab suci bebagai sarana mengenal-nya sekaligus menjelaskan tujuan penciptaan diri mereka, asal-usul dan tempat kembali mereka. Sebenarnya sangat beruntung orang yang dilahirkan dari keluarga muslim, karena mereka pengorbanan mereka untuk menemukan kebenaran di sisi Allah jauh lebih mudah dari pada keluarga non-muslim. Namun, dengan adanya Rasul dan Kitab suci inilah sebenarnya Allah membukakan kesempatan bagi mereka untuk kemudian beriman kepada Allah. Pernah suatu ketika saya mendapat cerita dari teman saya. Diceritakannya, ada seorang pelajar wanita non-muslim yang mendapatkan kesempatan untuk berkeliling ke beberapa negara untuk mengajar dan mendidik kepada kelompok masyarakat yang masih tertinggal. Pelajar ini suatu ketika mulai tertarik untuk belajar islam karena ia tidak menemukan kepuasan dari agama yang dianutnya. Namun demikian ayahnya yang berada di negeri asalnya selalu menasihati anaknya untuk terus mempertahankan agama keluarga tersebut. Sampai-sampai sang ayah menjelek-jelekkan Rosul Muhammad agar anaknya tidak tertarik pada Islam. Namun, semakin jauh ia belajar islam, akhirnya ia menemukan keindahan islam dan kesempurnaannya sebagai agama di muka bumi ini. Ia pun memutuskan masuk islam tanpa sepengetahuan ayahnya yang ada di negeri asal. Bahkan, wanita itu mengenakan jilbab dan mulai berkomitmen pada keislamannya. Sampai suatu ketika Allah mempertemukannya dengan teman saya yang menyampaikan cerita ini. Sungguh wanita itu begitu senang ketika bertemu dengan teman saya yang sama-sama mengenakan jilbab sepertinya. Bahkan ia sempat menangis ketika harus berpisah. Masalahnya bersama keluarganya belum selesai karena tiada seorangpun dari mereka yang tau bahwa si anak wanita itu telah memilih Islam sebagai penunjuk jalan hidupnya. Walaupun kita tak tahu akhir ceritanya, semoga Allah memberikan kebaikan dan kemudahan untuk tiap langkahnya karena ia masih belum berani pulang ke negeri asalnya untuk berkumpul dengan keluarganya. Itulah secuil cerita bahwa seseorang dapat memperoleh keimanan kepada Allah ketika ia berusaha sekuat tenaga di bumi ini untuk menemukan kebenaran melalui apa yang ada di kitab suci dan apa yang disampaikan oleh para Rasul terdahulu. Wallahua’lam. 4. Beriman bahwa tujuan dari keberadaan manusia di dunia adalah mengenal Allah dengan sifat-sifat yang diterangkan langsung oleh-Nya. Juga agar manusia taat dan menyembah Allah. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (Adz-Dzariyat: 56-58) 5. Beriman bahwa orang mukmin yang taat akan mendapat balasan surga dan orang kafir yang bermaksiat akan mendapat balasan neraka. 6. Beriman bahwa manusia melakukan amal yang baik dan buruk dengan pilihan dan kehendaknya sendiri. Namun, ia tidak bisa berbuat baik kecuali karena petunjuk dan pertolongan Allah. Untuk itu kita sebagai manusia harus selalu memohon agar keimanan dan islam ini ditetapkan sampai akhir hayat. Jangan pernah merasa puas dengan kebaikan yang telah kita lakukan di waktu lampau, semakin hari haruslah semakin baik. Sebenarnya akhir kesempurnaan iman seseorang dapat disaksikan dari kematiannya. Masihkah ia mengingat Allah dan hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya ataukah tidak. Belum tentu ketika keimanan kita saat ini ada dipuncak, kelak saat ajal menjemput keimanan itu masih setinggi sekarang, atau mungkin sudah tinggal separuh saja keimanan itu, ataukah sudah tidak ada setetespun sisa keimanan dalam diri kita. Naudzubillah. Oleh karena itu kita harus senantiasa memohon agar Allah memberi petunjuk dan jalan yang lurus, seperti apa yang selalu kita lafalkan dalam tiap sholat kita saat Alfatihah itu terlantun. Jangan sampai bacaan-bacaan itu hanya menjadi angin lalu yang tidak kita maknai dalam berdekatan dengan-Nya. Selain itu haruslah kita senantiasa menjadi orang yang baik dan selalu mengamalkan apa-apa yang ada dalam Kalam-Nya dan apa-apa yang menjadi sunah Rosulullah. Semoga Allah mengabulkan doa kita dan mematikan kita dalam keadaan khusnul khotimah karena sejatinya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa. “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syam:7-10) 7. Beriman bahwa Allah yang berhak membuat hukum dan siapapun tidak boleh melanggarnya. Ulama muslim boleh berijtihad untuk menentukan suatu hokum dalam kerangka prinsip-prinsip syariat yang ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu kita harus senantiasa menggunakan Alquran dan Alhadist sebagai acuan hidup, namun bila masih bingung kita boleh bertanya kepada orang yang tepat untuk membimbing kita. “Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.” (As-Syuro:10) 8. Berusaha mengenal Allah dengan mengetahui nama dan sifat-Nya sesuai kebesaran-Nya. “Sesungguhnya, Allah memiliki sembilan puluh Sembilan nama, yaitu seratus kurang satu, Siapapun yang menghafalnya maka akan masuk surga. Allah adalah tunggal dan Dia menyukai (bilangan)yang ganjil” (H.R. Bukhari dan Muslim) 9. Berusaha memikirkan makhluk Allah dan tidak memikirkan Dzat-Nya, seperti dianjurkan oleh Rosulullah SAW. “Berpikirlah tentang ciptaan Allah dan jangan berpikir tentang (Dzat) Allah, karena sesungguhnya, kamu tidak akan mampu mengukurnya” (Alhadist) Pernah suatu ketika saya berdiskusi dengan beberapa orang yang suka menggunakan bahasa untuk mempermainkan pemahaman kita terkait wujud Allah. Mereka menayakan wujud Allah kepada saya. Kondisi semacam ini mungkin akan menjadi kondisi yang sangat bertentangan dengan hadis tadi, namun ternyata ketika diskusi saya lebih dalam mereka mengatakan bahwa wujud Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Hal ini perlu kita waspadai, jangan sampai kita terjebak dan dibingungkan atau bahkan mengombang-ambingkan keimanan kita. Sebaiknya kita lebih berhati-hati dengan diskusi semacam ini, kalau bisa menghindarinya agar tidak membuat kita tersesat. Kalau dahulu, di zaman Rosul mereka sama sekali tidak diperkenankan memikirkan Dzat Allah dan pembahasan akan berhenti ketika sudah sampai pada tema ini. 10. Mengenai sifat Allah, banyak ayat Alquran yang menyebutkan sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Semua itu tidak dapat diukur dengan kemampuan akal manusia. 11. Yakin bahwa pendapat generasi salaf lebih layak diikuti untuk menyelesaikan masalah ta’wil dan ta’thil (menafikan sifat-sifat Allah) dan menyerahkan pengetahuan makna sifat-sifat tersebut kepada Allah. 12. Harus menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. 13. Hanya takut kepada Allah dan tidak takut pada yang lain. “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Mulk:12) 14. Selalu mengingat Allah dan berzikir kepada-Nya. Diamnya seorang muslim harusnya menjadi wahana berpikir dan berbicara menjadi momentum berzikir. Sesungguhnya zikir kepada Allah adalah obat termanjur untuk menghadapi tantangan zaman. Bahkan orang yang benar-benar beragama tidak akan pernah sakit jiwa. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28) “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Az-Zukhruf:36-37) 15. Cinta kepada Allah yang membuat diri makin rindu pada-Nya. Jangan sampai gemerlap dunia dan bahkan ikatan keluarga menjadi penghalang cinta kita kepada Yang Maha Lembut. Terlebih bila kita mencintai seseorang yang bukan siapa-siapa bagi kita, hal ini perlu kita manajemen lebih baik lagi walaupun cinta itu adalah sesuatu yang datangnya dari Allah juga. Bisa jadi rasa cinta kita kepada makhluk itu merupakan ujian dari Allah kepada kita untuk melihat keimanan yang kita miliki. Oleh karena itu semua rasa cinta yang ada dalam dada kita harus didahului dan diutamakan untuk cinta kepada-Nya. Alhasil apapun yang kita cintai adalah bentuk cinta kita karena Allah, cinta orang tua karena Allah, cinta sahabat karena Allah, dan seterusnya. “Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24) 16. Bertawakal kepada Allah dalam segala urusan dan menyerahkannya kepada Allah. Dengan seperti ini kita akan punya semangat dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan sebesar apapun. 17. Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang tak terhitung dan karunia serta rahmat-Nya yang tak terhingga. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim:7) 18. Selalu memohon ampun kepada Allah. Istighfar dapat menghapus kesalahan, memperbaharui tobat dan iman, dan melahirkan ketenangan dan kedamaian. Dengan beristighfar diri kita akan merasa menjadi orang yang banyak dosa sehingga terhindar dari sifat sombong dan riya’ karena segala kesempurnaan hanya milik Allah. Sedangkan manusia adalah wadah berkumpulnya salah dan lupa. Dalam setiap langkah dan menit atau bahkan detik mungkin kita menanam kesalahan yang sengaja kita lakukan ataupun tidak. Atau mungkin ucapan yang kita keluarkan untuk hal tertentu bisa jadi menjadi sumber kesalahan yang membuat dosa kita semakin bertumpuk. Untuk itu memohon ampun harusnya menjadi kawan setia bagi umat islam agar ia mendapat ridho dari-Nya. 19. Selalu merasa diawasi oleh Allah dalam setiap kondisi. Hal ini amat penting karena setiap detik kita melangkah kenyataannya ada kuasa Allah di sana. Baik buruknya perbuatan kita merupakan penilaian yang mampu menggiring kita ke surga ataukah neraka yang disiapkan Allah. Tentunya hal ini sebagai balasan pertanggungjawaban ulah dan tingkah kita di dunia. Untuk itu kita harus selalu berhati-hati dalam melangkah dan senantiasa melibatkan Allah dalam setia angan dan gerak. Sumber: dari buku “Apa Bentuk Komitmen Saya kepada Islam?” buah karya DR. Fathi Yakan.